Komitmen
Saat pertama kali aku mengenalmu aku mulai belajar memantaskan diri, berharap bahwa apa yang selalu aku semogakan dalam doa bisa benar-benar terwujud. Aku selalu menunggu senyum hangat milikmu, entah mengapa aku selalu jatuh hati pada senyum itu; Senyum hangat yang menenangkan. Sejak pertemuan singkat kita, aku selalu mencoba untuk mencari tahu segala hal yang berhubungan denganmu. Tentang apa saja yang kamu sukai ataupun tidak, tentang apa saja yang kamu lakukan untuk mengisi waktu luangmu. Hingga aku yang mencari tahu apakah kamu sudah memiliki kekasih atau belum.
Aku selalu menunjukkan segala perasaanku lewat sikap hangatku padamu, serta perhatian-perhatian kecil yang ku tujukan padamu. Entahlah, aku tak begitu paham tentang perasaanmu, aku tak tahu apakah kamu bisa mengetahui segala hal yang kurasa ataupun tidak. Namun tak masalah, jika saat ini kamu tak mengetahuinya. Aku akan mengutarakan segalanya pada waktu yang tepat. Perasaan ini tumbuh dengan cepat hingga mendesak ku untuk segera mengutarakannya padamu. Tak peduli kamu akan menerima atau menolaknya.
Dan sepertinya takdir sedang bersahabat denganku. Kamu menerimaku, dan akhirnya kita menjalin sebuah komitmen untuk saling menjaga. Kamu mengatakan kalimat-kalimat penuh cinta, dan aku hanya bisa membalasmu dengan seukir senyuman; senyum bahagia. Aku tak menyangka bahwa kita telah menjalin sebuah komitmen. Percayalah, aku akan menjaga segala hal yang ku ucapkan begitupun dengan kisah ini, aku akan memperjuangkan segalanya sekuat mungkin. Namun, aku tak bisa menjaga segalanya sendirian, aku masih sangat memerlukan mu sebagai penyeimbang.
Kamu berjanji untuk tidak meninggalkanku pergi, menjaga hatiku, dan membuatku percaya bahwa kamu adalah orang yang bisa ku percayai untuk menjaga 'hati serta perasaanku'. Kata-kata manis mu cukup membuatku merasa senang sekaligus tenang. Berbulan-bulan sudah aku dan kamu berhasil menjaga komitmen yang telah 'kita' buat. Namun siapa sangka, aku melupakan 'bahwa perasaan seseorang bisa saja berubah pada tiap detiknya', dan itulah yang kurasakan saat bersamamu. Aku merasakan bahwa kamu tak lagi seperti yang dulu, entah hanya perasaanku saja atau memang itu kenyataannya. Aku merasa bahwa kamu ingin melepaskan diri dari komitmen yang telah kita buat 'bersama'.
Entahlah, aku tak tahu harus melakukan apa, hatiku belum bisa menerima bahwa kamu ingin pergi. Namun apa daya? Aku 'selalu' menginginkan yang terbaik untukmu, aku tak bisa memaksamu untuk tetap berada pada hubungan ini. Aku sadar, bahwa kamu pun juga berhak untuk tersenyum bahagia meskipun bukan akulah penyebab senyum itu. Tak apa jika saat ini kamu ingin meninggalkanku. Tapi tolong, biarkan kepergianmu menjadikan ku sosok yang lebih kuat lagi menahan kecewa. Aku kecewa, namun tak apa jika itu dapat membuatmu bahagia. Berbahagialah dengan seseorang yang telah kamu pilih. Aku turut bahagia untukmu-
"THE BEST WAY TO PUNISH PEOPLE WHO HAVE HURT YOU IS BY DOING GOOD THINGS FOR THEM" - ANONYMOUS
Komentar
Posting Komentar