JEDA
Denganmu adalah pertaruhan
paling besar yang pernah ku lakukan. Pertaruhan paling menyenangkan juga
menyakitkan. Aku ingin mengajukan satu pertanyaan untukmu, menurutmu ini sudah
tahun ke berapa sejak kita sedekat ini? Satu tahun? Dua tahun? Atau kamu punya
jawabannya sendiri?
Aku masih seperti ini, sejak kau pergi dengan meninggalkan kata –kata “Maaf, maaf karena aku sudah salah. Kamu harus bahagia, bahagia selalu ya.”. Aku tak pernah melupakannya, jelas, kau tau? hari itu aku dihibur banyak orang karena tiba-tiba menangis waktu jam kerja. Sudah beberapa tahun yang lalu dan hari ini aku masih disini. Aku masih menjadi perempuan keras kepala yang menunggumu kembali.
Jika seseorang bertanya, mengapa aku menunggumu selama ini. Entahlah, aku juga tak mampu memberinya penjelasan atau bahkan sebuah jawaban. Entah aku yang terlalu bebal perihal rasa, atau mungkin karena aku memang tak pernah berusaha untuk beranjak pergi darimu.
Harus ku akui, bahwa segala hal tentangmu selalu ku rawat dengan baik. Aku masih menyimpan banyak hal sampai hari ini; seperti percakapan pertama kita atau bahkan foto seperti apa yang kamu kirim kepadaku untuk kali pertama. Aku bukan pengingat yang baik, karena aku lebih suka melupakan banyak hal ketimbang mengingat banyak kesedihan, namun denganmu aku menjadi sosok yang berbeda. Aku mengingat banyak detail tentangmu; seperti jam tidurmu, snack dan minuman yang kau sukai, tinggi dan berat badanmu, hal-hal yang membuatmu terbangun tengah malam, bidang yang kau minati, cita-cita yang kau usahakan, bahkan hal-hal yang membuatmu sakit. Sungguh, sebelumnya aku bukan seseorang yang terlalu mengingat banyak detail seperti itu. Namun denganmu, semuanya berbeda.
Banyak yang mengatakan bahwa aku bodoh karena menolak banyak orang hanya untuk menunggu satu laki-laki yang bahkan tidak pernah memberiku sebuah jawaban yang pasti. Oke, untuk ini mungkin aku sedikit setuju. Tapi mereka lupa, lupa bahwa bagaimana bisa aku berhubungan dengan laki-laki lain, ketika aku masih belum selesai denganmu? Bagaimana mungkin aku bisa menghancurkan orang lain agar tak terlalu bosan menunggumu? Sungguh, jika bisa mengatakan. Aku hanya ingin melakukan apa yang diinginkan hatiku. Aku tak memiliki banyak tempat yang bisa dengan mudah dihuni orang baru.
Kita, bahkan sudah berjalan jauh. Jatuh, bangun, kesal, senang, sedih. Bukankah masing-masing dari kita sudah memalui banyak hal sampai titik ini? Bukankah sudah banyak kalimat rindu yang ku utarakan? Entah kau sadar atau tidak, aku merasa sudah memberimu banyak kesempatan, aku sudah melapangkan sabar, aku memberimu kepercayaan yang utuh, bahkan aku mempercayakan hatiku sepenuhnya.
Aku sedang tidak baik-baik saja. Aku perlahan patah, selamat atau tidak, aku juga tidak bisa memastikannya. Namun, untuk kali pertama aku ingin menyelamatkan diri. Aku ingin menyelamatkan hatiku. Aku ingin memberi jeda, bukan hanya untukmu namun juga untuk diriku sendiri. Kau tau, aku bukan orang yang mudah menyerah perihal rasa, sungguh. Aku bahkan tak pernah benar-benar ingin berhenti. Tapi, untuk kali ini saja, aku ingin selamat. Aku ingin kamu mengerti, bahwa ketulusanku bukan hal yang bisa dipermainkan dengan mudah. Aku sudah melewati banyak hari buruk dan sekarang aku ingin bahagia. Aku ingin kita saling mengusahakan? Bisa?
Mari kembali, ketika kita sudah sepenuhnya siap. Nanti, tolong bawakan aku sebuah penjelasan yang konkrit. Menunggumu saja, aku tak pernah keberatan. Namun, bukan berarti kau bisa terus-menerus mengulur waktu. Aku ingin kejelasan, aku ingin sebuah kepastian. Aku menunggumu.
Emang ya digantung itu gk enak. Semangatt 💪🤍💖
BalasHapusI hope you always happy sayang
HapusIt's ok jika menunggu menurut mu pilihan terbaik because i trust you can menyelesaikan cerita ini entah akan seperti apa endingnya, but always remember Klo jawaban atas segala apa yang kamu rasakan ada pada dirimu sendiri. Semangat seyeng❤️
BalasHapusit's the last chapter, janjii
HapusCheer up👐
BalasHapusyou too, thank you ya
Hapusyou will find peace with the right one
BalasHapusYap, I will go. Siapapun kamu, thank you ya
Hapus